Archive for 2016
JENIS ANYAMAN PADA KAIN TENUN
ANYAMAN POLOS
Nama lain yang biasanya digunakan adalah anyaman blacu, plat, tabby, taffeta, plain.
Ciri-ciri dan karakteristik anyaman polos
- anyaman polos adalah anyaman yang paling sederhana, paling tua dan paling banyak dipakai.
- Mempunyai raport yang paling kacil dari semua jenis anyaman.
- Bekerjanya benang-benang lusi dan pakan paling sederhana, yaitu 1-naik, 1-turun.
- Ulangan raport; kearah horizontal (lebar kain) atau kearah pakan, diulangi sesudah 2 helai pakan. Kearah vertikal atau kearah lusi, diulangi sesudah 2 helai lusi.
- Jumlah silangan paling banyak diantara jenis anyaman yang lain.
- Jika faktor-faktor lainnya sama, maka anyaman polos mengakibatkan kain menjadi; paling kuat daripada dengan anyaman lain dan letak benang lebih teguh atau tak mudah berubah tempat.
- Anyaman polos paling sering dikombinasikan dengan faktor-faktor kontruksi kain yang lain daripada jenis anyaman yang lainnya.
- Tetal lusi dan pakan mempunyai pencaran (range) yang lebih besar daripada dalam anyaman lain(10 hl/” – 200 hl/”). Demikianpum perpencaran berat kain adalah lebih besar daripada dalam anyaman lain (0,25 oz/yds2 – 52 oz/yds2).
- Anyaman polos lebih sesuai untuk diberi rupa yang lain dengan jalan mengadakan ubahan-ubahan desain, baik struktur maupun surface desain dibanding dengan anyaman lainnya.
- Pada umumnya penutupan kainnya (fabric cover) berkisar pada 25%-75%
- Dapat dipakai untuk kain yang jarang dan tipis dengan hasil yang memuaskan daripada pakai anyaman lain.
- Anyaman polos untuk kain padat biasanyan menggunakan benang pakan yang lebih besar daripada benang lusinya.
ANYAMAN KEPER
Nama lain dari anyaman keper yang banyak digunakan yaitu; twill (USA), drill (inggris), koper (jerman).
Ciri-ciri dan karakteristik anyaman keper
- anyaman keper adalah anyaman dasar yang kedua
- pada permukaan kain terlihat garis miring atau rips miring tidak putus-putus.
- Jika arah garis miring berjalan dari kanan bawah kekiri atas, disebut keper kiri. Sedangkan jika sebaliknya maka disebut keper kanan.
- Garis miring yang dibentuk oleh benang lusi disebut keper efek lusi atau keper lusi. Sedangkan sebaliknya disebut efek pakan.
- Garis miring membentuk sudut 45o terhadap garis horizontal.
- Appearance kain pada pada permukaan atas dan bawah berlainan.
- Jika raport terkecil dari anyaman keper = 3 helai lusi dan 3 helai pakan, disebut keper 3 gun.
- Biasanya dibuat dalam kontruksi padat.
- Dalam kondisi sama, kekuatan kain dengan anyaman polos lebih besar dari pada kekuatan kain dengan anyaman keper.
- Pada umumnya tetal benang dibuat lebih tinggi daripada dalam anyaman polos.
- Pengaruh arah twist benang sangat besar terhadap kenampakan garis miring.
- Besarnya sudut garis miring dipengaruhi oleh perbandingan tetal lusi dan pakan.
- Garis miring dengan sudut >45o, disebut keper curam (steep twill).
Anyaman Polos
Anyaman polos dapat dikategorikan
sebagai jenis anyaman yang paling tua, paling sederhana, dan paling
banyak dipakai dalam pembuatan kain. Nama lain dari anyaman ini adalah
anyaman blacu, plat, tabby, taffeta, dan plain.
- Benang lusi dan benang pakan pada
anyaman ini bekerja dengan skema satu naik dan satu turun secara
bergantian dan saling menyilang.
- Anyaman polos untuk kain padat biasanya menggunakan benang pakan yang lebih besar dan kasar dari pada benang lusinya.
- Anyaman polos dapat dipakai untuk kain yang jarang dan tipis (open construction/sheer texture) dengan hasil yang memuaskan dari anyaman yang lain.
- Anyaman polos untuk kain padat biasanya menggunakan benang pakan yang lebih besar dan kasar dari pada benang lusinya.
- Anyaman polos dapat dipakai untuk kain yang jarang dan tipis (open construction/sheer texture) dengan hasil yang memuaskan dari anyaman yang lain.

Anyaman Keper
Jenis anyaman dasar kedua setelah
anyaman polos yaitu berbentuk anyaman keper. Nama lain dari anyaman
keper yang banyak digunakan yaitu berupa twill (USA), drill (inggris),
koper (jerman).
- Pada tenun kepar titik pertemuan
antara lusi dan pakan berjalan miring pada tenunannya membentuk sudut 45
derajat terhadap garis horisontal.
- Tampilan kain pada permukaan atas dan bawahnya berlainan.
- Anyaman keper yang biasanya dibuat dalam konstruksi padat diberi nama sesuai dengan banyaknya gun minimum.
- Anyaman keper hanya memiliki dua buah silangan. Jika angka 1 berada diatas garis maka tipe anyamannya disebut keper pakan. Namun jika angka 1 berada di bawah garis maka anyamannya disebut sebagai keper lusi, sebab float lusinya yang panjang berada di atas benang pakan.
- Tampilan kain pada permukaan atas dan bawahnya berlainan.
- Anyaman keper yang biasanya dibuat dalam konstruksi padat diberi nama sesuai dengan banyaknya gun minimum.
- Anyaman keper hanya memiliki dua buah silangan. Jika angka 1 berada diatas garis maka tipe anyamannya disebut keper pakan. Namun jika angka 1 berada di bawah garis maka anyamannya disebut sebagai keper lusi, sebab float lusinya yang panjang berada di atas benang pakan.

ANYAMAN SATIN
Nama lain biasanya disebut sateen, istilah umum untuk kain katun dengan anyaman satin 5 gun atau 8 gun disebut satin pakan.
Satinet istilah yang dipakai untuk kain imitasi sutera misalnya dari bahan katun yang dimerser. Satin istilah yang umum dipakai pada kain-kain satin yang dibuat dari sutera filamen atau benang sintetis filamen. Satinettes, dibuat dari benang lusi kapas dan benang pakan wol. Satijn de chine, dibuat dari benang sutera alam dengan tetal sedang, belakangan dibuat juga dari benang rayon.
Ciri-ciri dan karakteristik anyaman satin
- adalah anyaman dasar ketiga
- dalam 1 raport anyaman, banyak benang lusi = banyak pakan
- hanya menonjolkan salah satu efek baik itu lusi atau pakan pada permukaan kain
- pada anyaman satin dengan efek lusi disebut satin lusi dengan jumlah tetal lusi > dari pada tetal pakan. Dan berlaku sebaliknya untuk satin pakan
- suatu garis tidak begitu tampak menonjol seperti pada anyaman keper
- anyaman satin dapat digolongkan dalan 2 golongan yaitu satin teratur (paling sedikit 5 gun) dan satin tak teratur (paling sedikit 4 gun)
- anyaman sating kurang baik untuk kain dengan kontruksi terbuka dan jarang
- untuk kain padat anyaman satin lebih sesuai daripada keper
- kombinasi faktor-faktor kontruksi kain lebih sedikit digunakan dalam anyaman satin daripada dalam anyaman keper
- setiap benang lusi dalam satu raport hanya mempunyai satu titik silang
Anyaman Satin
Istilah satin berasal dari nama sebuah
tempat di Tiongkok yang disebut “Tsething”. Dalam dunia tekstil satin
dapat digunakan untuk mendeskripsikan bahan kain yang dibuat dari benang
filamen sutera atau sintetis.
- Anyaman satin hanya menonjolkan
salah satu efek pada permukaan kain, yaitu efek lusi atau efek pakan.
Anyaman satin dengan efek lusi dikenal dengan nama satin lusi, sedangkan
anyaman satin dengan efek pakan biasa disebut sebagai satin pakan.
- Anyaman satin dapat digunakan pada semua jenis kain dengan kontruksi padat, tetapi kurang sesuai jika digunakan untuk kain dengan kontruksi terbuka atau jarang.
- Titik-titik silang pada anyaman satin letaknya tersebar dan tidak bersinggungan satu sama lain.
- Anyaman satin dapat digunakan pada semua jenis kain dengan kontruksi padat, tetapi kurang sesuai jika digunakan untuk kain dengan kontruksi terbuka atau jarang.
- Titik-titik silang pada anyaman satin letaknya tersebar dan tidak bersinggungan satu sama lain.

Dan ada beberapa lagi jenis anyaman lainnya:
Anyaman Silang Keranjang (Basket Weave)
Bentuk anyaman jenis ini menggunakan suatu kelompok atau group yang
terdiri dari lebih dari satu benang lusi dan pakan. Basketweave, atau
anyaman silang keranjang bisa dikatakan merupakan amplifikasi pada lebar
dan tinggi dari anyaman polos. Basketweave memiliki karakteristik pola
kotak -kotak yang mirip dengan pola sebuah keranjang, maka dari itu
disebut sebagai anyaman silang keranjang, atau basket weave.
Ketika melakukan anyaman basketweave, tiap grup benang pakan
menyilangi group benang lusi. Susunan tiga benang lusi dengan tiga
benang pakan disebut dengan 3×3 keanjang, namun susunan ini kadang tidak
harus simetris. Anyaman silang keranjang lebih kuat daripada anyaman
silang polos tetapi kurang memiliki stabilitas.
Anyaman Leno (Leno Weave)
Anyaman silang leno merupakan anyaman dimana dua benang lusi melilit
benang pakan, sehingga seakan-akan mengunci benang pakan yang terpisah
dengan pakan lainnya secara merata. Kain yang dibuat dengan anyaman ini
biasanya akan terlihat tipis (kadang menyerupai renda) namun kuat.
Walaupun kelihatannya rapuh, tetapi lilitan dari benang lusi bisa
memberikan kekuatan dan kestabilan.

Anyaman Tulang Ikan Haring (Herringbone Weave)

Pola ini terdiri dari barisan-barisan
yang dibentuk oleh garis miring yang tersusun paralel. Baris-baris
tersebut berdampingan satu sama lainnya sehingga garis-garis miringnya
terlihat menyatu satu sama lain sehingga membentuk seperti huruf V.
Meskipun serat wol adalah pilihan paling
umum yang digunakan untuk menenun kain herringbone tetapi anyaman
tersebut juga dapat dibuatn dengan jenis serat lain. Kain Tweed sering
dibuat dengan anyaman herringbone ini.
Produk tekstil
dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori berdasarkan bahan pembuatan
produk tekstil tersebut. Secara garis besar produk tekstil dapat dibedakan
menjadi 3 kategori yaitu produk tekstil yang dibuat dari benang, dibuat tidak
menggunakan benang (menggunakan serat tekstil) dan dibuta tanpa menggunakan
benang/serat/filamen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :
Klasifikasi Tekstil
1. Kain Yang Dibuat Dari Benang
Metode Anyaman (Interlacing)
Kain yang dibuat dengan metode anyaman (interlacing)
menggunakan proses pertenunan (weaving). Proses penganyaman dilakukan antara
benang lusi dan pakan yang letaknya saling tegak lurus satu sama lain.
Hasilnya kelak adalah berupa kain tenun. Alat yang lazim digunakan pada metode
anyaman, antara lain gedogan yang dijalankan dengan tangan dan Alat Tenun Mesin
(ATM).
Metode Jeratan (Interplooping)
Metode jeratan biasanya menggunakan proses merajut
(knitting). Pembuatan jeratan (loops) pada benang dilakukan dengan menggunakan
alat berupa jarum berkait/berlidah. Hasilnya disebut kain rajut. Kain rajut
bersifat elastis, mudah merenggang, dan porous (berlubang-lubang).
Metode Jalinan (Intertwisting)
Kain yang dibuat dengan metode jalinan menggunakan sejumlah
proses di antaranya merenda (crochetting), netting (knotting tatting
freevolite) dan lace. Hasilnya disebut kain renda.
Metode kepangan (braiding)
Proses yang digunakan dalam metode kepangan adalah dengan
melakukan penganyaman tiga helai benang atau lebih. Bahan benang dapat diganti
dengan pita kain. Hasilnya berupa helai pita atau pita tabung, tali sepatu,
parasut dan sebagainya.
2. Kain Yang Dibuat Tidak
Menggunakan Benang
Metode Pengempaan (Felting)
Kain hasil pengempaan berwujud susunan kain yang langsung
dari serat wol tanpa jahitan. Serat wol merupakan serat paling ideal yang
dikerjakan dengan menggunakan panas air dan tekanan. Serat wol akan
menggelembung dalam air dan saling berkait satu sama lain. Kedaan itu akan
tetap demikian ketika proses pengempaan dilakukan. Selain yang terbuat langsung
dari serat, ada pula kain laken yang dibuat dari kain tenunan wol. Kain wol
dikerjakan dalam air sabun hangat atau larutan asam lemah dan diberi tekanan
serta putaran sampai mengerut dalam suatu ukuran yang diinginkan
(pengerutan 10-25 persen). Proses ini disebut fulling atau milling dan
dilakukan agar kain wol menjadi lebih padat dan tebal.
Metode Pengepresan (Bonding)
Metode bonding merupakan proses pengepresan serat-serat
tekstil ke dalam bentuk lapisan (thin sheet) atau web hingga serat-serat saling
melekat satu sama lain dengan perantaraan adhesive atau plastik. Hasilnya
disebut: bonded fabrics (kain press), web fabrics (kain jaring), dan non-woven
fabrics (kain non-tenun). Bahan-bahan yang paling sering dibuat dengan metode
bonding adalah serat kapas. Selain itu, bahan-bahan seperti rayon, asbes,
asetat, nilon, akrilik , dan poliester juga lazim digunakan. Kadang-kadang kain
wol press dari serat kapas juga digunakan karena sifatnya yang lembut, daya
serap air tinggi, tidak mudah rusak pada waktu basah dan tegangan tarik rendah.
Biasanya, digunakan untuk lap tangan, serbet, saringan, dan lainlain.
Teknik Penyemprotan (Sprayed Fiber
Fabrics)
Teknik ini menggunakan cairan lengket (viscous) yang cepat
menggumpal, disemprotkan (spray) dengan tekanan udara yang hasilnya berupa
serat-serat yang dikumpulkan di atas suatu permukaan datar berlubang.
Hasil Proses Laminating
Cara ini menggunakan beberapa lapis kain tenun yang sudah
jadi untuk direkatkan satu sama lain dengan bahan perekat (adhesive).
3. Kain Yang Dibuat Tanpa
Menggunakan Serat, Benang Maupun Filamen
Ditinjau dari segi penggunaannya, kini lembaran plastik,
film, dan sejenisnya termasuk juga tekstil.
Kain Tapa
Kain tapa dibuat dengan menumbuk beberapa lapisan tipis
kulit bagian dalam sejenis pohon Mulberry. Kainnya mirip dengan kertas krep,
biasa digunakan untuk pakaian.
Kertas
Akhir-akhir ini fungsi kertas diperluas fungsinya sebagai
bahan tekstil untuk pakaian. Kertas banyak pula digunakan untuk bahan pengganti
tekstil dalam perlengkapan rumah tangga.
Lembaran Plastik Dan Film
Lembaran plastik dan film dibuat melalui metode resin
compounding dengan proses calendaring, hasilnya ada yang berwujud sangat tipis
dan transparan seperti cellophane, dan ada pula yang berat dan tebal. Terdapat
pula lembaran plastik yang menyerupai kulit untuk keperluan pembungkus tempat
duduk dan lain-lain. Ada pula lembaran plastik yang digunakan untuk lapisan
bagian belakang kain tenun atau kain rajut. Selain itu, plastik sudah lazim
digunakan untuk jas hujan.
Klasifikasi Desain Tekstil
Desain Struktur
Desain struktur adalah desain dari konstruksi tekstil itu
sendiri, baik yang berujud tekstil polos maupun dalam bentuk tekstil bercorak.
Pada telstil bercorak pembuatan corak dilakukan bersamaan dengan proses
pembuatan lembaran tekstil tersebut. Desain struktur meliputi seluruh metode
pembuatan tekstil, yaitu meliputi tekstil yang dibuat dari benang, tekstil yang
dibuat tidak dari benang, dan tekstil yang dibuat tanpa serat benang maupun
filamen.
Desain Permukaan
Desain permukaan tekstil merupakan desain yang ditujukan
untuk memperkaya corak permukaan kain. Desain tersebut bisa mengambil bentuk
dari benda-benda yang ada di sekeliling manusia atau berbentuk abstrak.
Yang penting, desainnya berkualitas baik dan tidak monoton sehingga ketika
dipandang orang tidak mudah merasa bosan. Biasanya, untuk apa kain itu akan
digunakan, hampir selalu merupakan faktor terpenting dalam perencanaan
pengembangan desain. Bahan-bahan pelapis atau bahan gorden, misalnya, dapat
memliki pola kain yang lebih lebar dibanding dengan kain untuk pakaian. Pola
desain utnuk dasi, juga akan berbeda jenisnya dengan desain yang direncanakan
untuk dicetak di atas meja linen. Hiasan pada kain harus dibuat dengan
saksama, dan jangan sampai bergulung atau terlipat.
Desain Aplikasi Produk Tekstil
Lazimnya, desain dilaksanakan setelah kain jadi. Meskipun
demikian, terdapat pula produk tekstil yang didesain sejak awal sebelum proses
finishing dilakukan.
LAPORAN
PRAKTEK KIMIA DASAR
LARUTAN
STANDAR SKUNDER
Disusun Oleh:
Apriandi Anjas Kesuma
NIM: 154001
AKADEMI
TEKNOLOGI WARGA
SURAKARTA
I.
Larutan Standar Sekunder
II.
Dasar Teori
Pembuatan
larutan standar primer dijalankan tanpa dilakukan standarisasi. Lai halnya bila
pembuatan larutan standar sekunder,perlu dilakukan standarisasi untuk
menghasilkan konsentrasi secara tepat. Demikian juga pembuatan larutan NaOH
perlu di standarisasi dengan asam oksalat.
Untuk mengetahui saat akhir titrasi
standarisasi tersebut perlu adanya indikator.untuk reaksi tersebut diatas
indikator yang digunakan adalah phenol ntalin (PP). Setelah terjadinya
perubahan warna maka titrasi standarisasi dihentikan. Pada saat tersebut zat
yang di titrasikan telah habis bereaksi.
III.
Alat Dan Bahan
Alat:
Ø Labu
Ukur
Ø Gelas
Beker
Ø Gelas
Arloji
Ø Corong
Ø Pipet
Tetes
Ø Timbangan
Ø Elenmayer
Ø Buret
Bahan:
Ø Aquades
Ø NaoH
Ø Indikator
PP
Ø Asam
Oksalat
(C2H2O4
. 2H2O)
IV.
Cara Kerja
§ Ambil
0,2 gram NaoH
§ Encerkan
menggunakan aquades di dalam labu ukur sampai batas 100ml.
§ Homogenkan.
§ Ambil
10ml larutan NaoH.
§ Teteskan
dengan indikator pp sampai berubah warna menjadi merah muda.
§ Titrasikan
NaoH dengan asam oksalat yang ada di dalam buret,sampai terjadi perubahan warna
dari warna merah muda menjadi ke jernih.
§ Kemudian
hitung konsentrasi N.NaoH.
V.
Tabel Pengamatan
NO
|
Asam
Oksalat
|
NaOH
|
||
N
|
V
|
V
|
N
|
|
1
|
0,062
|
6,2
|
10ml
|
0,038
|
2
|
0,062
|
6,5
|
10ml
|
0,040
|
3
|
0,062
|
6,4
|
10ml
|
0,0392
|
Rata-rata
|
0,0392 ek/l
|
I.
Kesimpulan
Rata-rata konsentrasi
normalitas NaOH adalah 0,0392 ek/l